Sesudah berjalan setahun, mereka akhirnya menemukan tempat piknik yang baik. Seluruh keluarga kura-kura lalu bekerja bersama membersihkan dan menata tempat dan membongkar keranjang piknik berisi makanan. Untuk menyelesaikan semua pekerjaan ini, mereka menghabiskan waktu 6 bulan.
Ketika semua makanan sudah ditata, keluarga kura-kura sadar, mereka lupa membawa garam. Tanpa garam, semua makanan pasti terasa hambar dan acara piknik jadi tidak menyenangkan. Seluruh keluarga kura-kura sependapat dengan hal ini. Mereka pun berdiskusi mencari jalan keluar.
Sesudah berunding, keluarga kura-kura memilih si bungsu yang jalannya paling cepat dibanding mereka yang semuanya lambat, untuk mengambil garam di rumah. Kura-kura kecil keberatan, merajuk, menangis, dan bersembunyi di dalam cangkangnya. Seluruh keluarga berusaha membujuknya. Kura-kura muda akhirnya bersedia menerima tugas ini dengan syarat, seluruh keluarga tak boleh makan sebelum dia kembali. Permintaan ini dikabulkan seluruh keluarga kura-kura.
Waktu berjalan tanpa terasa. Sampai tiga tahun, si kura-kura kecil belum juga kembali ketempat piknik. Tahun keempat, kelima dan keenam, kura-kura kecil belum kembali juga. Selama 6 tahun, keluarga kura-kura menahan lapar. Pada tahun ke-7, kura-kura yang sangat tua menjadi sangat lemah karena kelaparan. Dia lalu mengumumkan akan makan nasi dan mulai membuka bungkusan. Bersamaan dengan itu, kura-kura muda mendadak muncul dari belakang pohon dan berteriak, “Benar,kan! Saya sudah tahu, kalian tak bisa menunggu. Untung saya tidak jadi pulang ke rumah untuk mengambil garam!”
Moral cerita:
- Sebagian orang menunggu orang lain untuk memenuhi harapan-harapannya. Kadang, penantian ini hanya sia-sia dan pemborosan waktu saja. Jika mengerjakannya sendiri, mungkin akan mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih cepat.
- Kadang, kita terlalu memikirkan perbuatan orang lain sampai lupa berpikir apa yang harus kita lakukan dan akhirnya tidak melakukan apa-apa.
0 comments:
Post a Comment