Secangkir minuman bersoda dengan cemilan malam, rasanya malam dan malam berikutnya akan terasa menyenangkan buat gue pribadi. Beberapa tahun lalu mungkin 9 atau 10 tahun yang lalu, gue pernah mengibaratkan kehidupan ini seperti payung, dan gue pernah menulisnya di salah satu sosial media yang dahulu sempat buming sebelum Facebook. Di sosial media tersebut ada Blog pribadi kita, dan gue selalu menemukan hal baru dalam menumpakan pemikiran gue.
Kembali ke soal KEHIDUPAN di ibaratkan adalah PAYUNG, ada yang tau fungsi utama payung buat apa sih? Yang pastinya buat lindungi kita dari hujan dan panas kadang bisa juga buat sesi pemotretan. Sama hal dengan kehidupan, tau ngk sih kita hidup buat apa? Apa cuma buat pacaran atau buat ngumpulin harta dunia? Namun kadang kehidupan juga bisa jadi berkat buat orang lain. Sama hal dengan payung. Benda yang simpel tapi kegunaan cuma 2 namun di balik itu bisa menjadi berkat buat orang lain.
Dengan payung kita bisa menolong orang melewati hujan, jarang sih mungkin 1 berbanding 100. Itulah payung dan kehidupan.
Kembali ke cemilan dan minuman bersoda, minum dan makanan ini adalah upaya untuk menghilangkan rasa yang di buat terlalu lama menunggu, kadang berfikir sejenak untuk menyimpulkan dua kalimat. Tapi kelihatanya membutuhkan si pemikir datang sebelum dunia gue penuh dengan ribuan pertanyaan.
Mengingat beberapa tahun lalu, sebelum terjerumus di dunia Internet, gue adalah orang yang rajin menulis surat dan rajin ke kantor pos. Tidak terbanyan ratusan surat yang sudah gue tulis tapi sayang surat surat itu berkali kali dibaca yah berkali kali juga jadi bosan.
Kalian tau, seorang pria ini duduk duduk ditrotoal dan memandangi kendaraan yang mondar mandir, para pengamen yang asik menjajakan talentanya. Para pedagang kaki lima sibuk menebarkan wajah penuh harapan akan kehidupannya yang keras. Orang orang yang mondar mandir dengan segala kesibukannya, gue disini menjadi seorang penonton yang setia melihat pemandangan seperti ini, kadang membuat rasa itu kembali ke jaman waktu masih berseragam putih abu abu atau saat berseragam kantoran, kenangan yang tak bisa di beli dengan uang adalah, melihat matahari pagi pukul 6 saat muncul di ujung jakarta, bias biar sinar panas pagi itu dan bau keringat orang orang yang berdesak desakan dalam busway masih bisa gue rasakan. Sangat sangat indah, di saat momen hampir terlambat masuk kantor masih ada pemandangan luar biasa keren di langit jakarta. Yah pastinya yang duduk di sebelah gue juga. Hehehe yah seseorang yang tidak penting asal usulnya tapi cukup buat pusing kalau dia senyum sepertinya nafas ini langsung sesak.
Kehidupan ini ibarat payung yang menedukan pikiran kita.
Kehidupan ini seperti secarik kertas kosong yang perlu kita tulis agar suatu saat menjadi kekuatan untuk tersenyum kembali.
Kehidupan ini adalah tumpukan kenangan yang bisa kita daur ulang menjadi semangat baru untuk melangkah dengan pasti bersama cinta.
Note : ada hal lain yang kita perlu ketahui saat kita menghilang dimana kita membiarkan yang tulus mencari dan yang tak tulus menghilang, kehilangan belum tentu pergi tapi cuma mundur 1 lanka dan kembali hadir dengan 100 lanka bersama semangat baru
by Rey M
Home »
Rey Myungwoo
» Di Ujung Aspal Kebon Jeruk
0 comments:
Post a Comment